Berapa Lama Nikotin Berada di dalam Tubuh?

(Foto: thinkstocks)
Selain bisa menimbulkan risiko kesehatan, nikotin yang terkandung di dalam rokok juga membuat seseorang ketergantungan (adiksi) dan melemahkan keinginan seseorang untuk berhenti merokok. Hal inilah yang menyebabkan banyak orang gagal
untuk berhenti merokok.
Ketika seseorang merokok, maka nikotin akan masuk dan mulai menumpuk di dalam tubuh. Lama kelamaan seseorang akan terbiasa dengan nikotin dan jika ia tidak mendapatkan jumlah yang sama maka tubuh akan meminta lebih. Dan biasanya jumlah nikotin yang masuk akan semakin besar atau meningkat.
Seperti dikutip dari eHow, Sabtu (4/9/2010) sebagian besar nikotin yang dikonsumsi (atau sekitar 90 persen) dengan cepat dimetabolisme oleh hati dan kemudian akan dikeluarkan melalui ginjal. Jumlah sisa nikotin akan tetap berada di dalam aliran darah selama 6-8 jam setelah merokok.
Jumlah nikotin yang tetap berada di dalam sistem tubuh tergantung pada seberapa banyak nikotin yang masuk. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah rokok yang dihisap setiap harinya. Namun tidak semua nikotin yang masuk akan dikeluarkan oleh tubuh, karena ada kemungkinan sejumlah tertentu nikotin yang tetap berada di dalam tubuh. Karena itu efek yang ditimbulkan dari nikotin membutuhkan waktu jangka panjang.
Rata-rata dalam satu batang rokok yang dihisap mengandung 1 mg nikotin yang masuk ke tubuh. Karenanya semakin banyak rokok yang dihisap dalam satu hari, maka semakin banyak pula nikotin yang masuk ke dalam tubuh.
Jika orang hanya sesekali merokok, kemungkinan nikotin akan menetap beberapa hari di dalam tubuh. Tapi jika termasuk perokok berat maka nikotin akan tetap berada di dalam aliran darah selama 30 hari setelah merokok. Hal tersebut terjadi jika seseorang berhenti merokok sama sekali setelahnya.
Jika dilihat dari jumlah rokok yang dikonsumsi, maka tingkatan kadar nikotin di dalam sistem tubuh manuisa terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
- Perokok ringan. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah orang yang hanya sekali kali saja merokoknya, sehingga kemungkinan nikotin masih akan terdeteksi hingga 2-3 hari setelah merokok. Semakin lama jangka waktu seseorang berhenti merokok, maka akan semakin sedikit jumlah nikotin yang terdeteksi.
- Perokok sedang. Yang termasuk kelompok ini adalah orang yang merokok secara tidak beraturan, mungkin sekali atau hanya dua kali dalam seminggu. Jumlah nikotin yang terdeteksi kemungkinan sedikit lebih tinggi dibandingkan pengguna ringan.
- Perokok berat. Yang termasuk kelompok ini adalah orang yang merokok secara teratur atau sudah masuk ke dalam kategori kecanduan. Jumlah nikotin yang terdeteksi tinggi karena hampir setiap hari menerima asupan nikotin baru yang masuk ke dalam tubuh.
Kadar nikotin ini bisa dideteksi melalui pemeriksaan urine, tapi zat ini hanya bisa terdeteksi dalam waktu 3-4 hari saja atau pada perokok berat dalam waktu 10-20 hari. Untuk pemeriksaan yang lebih sensitif melalui pengujian folikel rambut, pemeriksaan ini bisa mendeteksi kadar nikotin dan juga obat-obatan terlarang namun harganya akan lebih mahal.
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi kadar nikotin di dalam tubuh adalah dengan mengonsumsi air yang cukup dan berolahraga. Dengan mengonsumsi air yang cukup akan membantu mempercepat proses pembersihan tubuh. Sedangkan olahraga yang dilakukakn berguna untuk membantu mempercepat proses metabolisme tubuh.
ver/ir)
Ukuran Penis Memendek 1 Cm Akibat Rokok

(Foto: thinkstock)
Temuan ini berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan oleh peneliti dari Boston University School of Medicine terhadap 200 partisipan pria perokok. Dari hasil penelitian, rata-rata perokok mengalami pemendekan penis sebesar 1 cm.
"Ini merupakan penelitian terbesar yang pernah ada tentang rokok yang terkait dengan sensitivitas seks," ujar Dr Pedram Salimpour, salah seorang peneliti, seperti dilansir dari Guardian, Jumat (27/8/2010).
Menurut Dr Salimpour, pengaruh negatif rokok pada penis sama halnya dengan pengaruh rokok pada hati. Ini merupakan kerusakan pembuluh darah, yang membuat aliran darah terhambat.
Pada dasarnya ini merupakan efek elastin, yaitu protein jaringan ikat yang elastis dan memungkinkan jaringan dalam tubuh untuk kembali ke bentuk semula setelah mengalami peregangan atau kontraksi. Dalam hal ini, elastin mempengaruhi kemampuan ereksi penis.
Dr Salimpour menjelaskan, elastin seperti karet yang bisa meregang. Inilah yang terjadi pada penis sebagai akibat adanya peningkatan aliran darah.
Merokok dapat merusak kemampuan tubuh untuk melakukan hal tersebut, sehingga bisa mempengaruhi ukuran penis dan kemampuan ereksi. Tapi peneliti belum bisa menentukan berapa banyak rokok yang bisa merusak elastin dan memperpendek ukuran penis.
"Hal ini masih memerlukan studi lebih lanjut, tapi tampaknya bahaya rokok lebih rentan terhadap penis ketimbang hati," jelas Dr Salimpour.
Menurutnya, hal ini disebabkan karena pembuluh darah yang ada di penis jauh lebih kecil daripada pembuluh darah di hati. Pembuluh darah yang ada di hati berukuran 1,5 mm, sedangkan pembuluh darah penis 1 mm lebih kecil atau tepatnya berukuran 0,5 mm.
Tak hanya perokok aktif, Dr Salimpour juga menjelaskan bahwa ada kemungkinan bahwa hal yang sama juga bisa terjadi pada para perokok pasif. Tapi hal tersebut masih membutuhkan studi lebih lanjut.
"Meski industri rokok bersikeras dengan produknya, tapi fakta-fakta ilmiah menentang semua itu," tegas Dr Salimpour.
mer/ir)
Asap Rokok Sebabkan Perubahan Gen Lebih Besar ke Perokok Pasif

(Foto: thinkstock)
Bertambah lagi dampak negatif asap rokok bagi perokok pasif. Penemuan terbaru menemukan bahwa asap rokok dapat menyebabkan perubahan gen bagi perokok pasif yang lebih banyak dari pada si perokok.
Ilmuwan dari Weill Cornell Medical College, New York City, menemukan bahwa adanya perubahan aktivitas genetik pada orang non-perokok yang dipicu oleh paparan asap rokok dari perokok aktif.
Ini adalah untuk pertama kalinya, peneliti dapat menunjukkan alasan biologis yang menyebabkan terjadi perubahan aktivitas gen pada perokok pasif.
Tim peneliti menyelidiki 121 partisipan yang terdiri dari perokok aktif dan orang yang tidak pernah merokok. Untuk mempelajari aktivitas genetik, peneliti mengambil sampel sel saluran napas dari partisipan.
Hasilnya, peneliti menemukan bahwa kelompok non-perokok (kadang-kadang merokok atau tidak pernah merokok sama sekali) mengalami perubahan aktivitis sel sebanyak 34 persen, sedangkan perokok aktif mengalami 11 persen perubahan gen.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan genetik pada partisipan non-perokok lebih besar ketimbang pada perokok aktif. Dan perubahan gen ini merupakan langkah awal menuju berbagai macam penyakit paru-paru.
Penurunan dalam fungsi paru-paru dikaitkan dengan kanker atau penyakit obstruktif kronik paru-paru, yaitu ketidakmampuan paru-paru untuk mengambil udara, yang berawal dari kerusakan sel.
Sel-sel saluran napas yang melapisi bronkus dari trakea sampai ke alveoli kecil jauh di dalam paru-paru, merupakan sel pertama yang terkena dampak asap rokok, baik asap yang dihirup langsung oleh perokok aktif maupun yang dihirup oleh perokok pasif.
"Yang menarik bagi saya adalah bagaimana sel-sel paru-paru sensitif terhadap setiap asap rokok," ujar Dr Ronald Crystal, pemimpin studi, seperti dilansir dari Time, Senin (23/8/2010).
Menurut Crystal, pada perubahan gen ini bisa saja terjadi secara permanen dan tidak dapat diperbaiki.
Dengan temuan terbaru ini, diharapkan dapat memperkuat pesan kesehatan masyarakat tentang bahaya asap rokok, baik bagi perokok aktif maupun perokok pasif.
"Tidak ada yang aman dengan asap rokok, baik bagi perokok maupun orang-orang disekitarnya," tutur Dr Norman Edelman, kepala medis dari American Lung Association.
mer/ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar